Sabtu, 21 Juni 2014

KI HAJAR DEWANTARA

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sejak zaman perjuangan kemerdekaan dahulu, para pejuang serta perintis kemerdekaan telah menyadari bahwa pendidikan merupakan faktor yang sangat vital dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta membebaskannya dari belenggu penjajahan. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa disamping melalui organisasi politik, perjuangan ke arah kemerdekaan perlu dilakukan melalui jalur pendidikan.


Mengingat bahwa sistem pendidikan  pemerintah kolonial pada masa itu tidak demokratis karena bersifat elit, diskriminatif dan diorientasikan pada kepentingan pemerintah penjajahan, maka sistem pendidikan rakyat yang sudah ada perlu dibina dan dikembangkan untuk menjangkau kepentingan rakyat secara lebih luas. Disamping mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan rakyat tradisional yang pada umumnya berorientasi keagamaan, maka pada masa itu muncul seorang tokoh muda Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Ia bersama rekan-rekannya mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.
Setelah itu ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.
Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

RUMUSAN MASALAH
a.    Bagaimana riwayat hidup Ki Hajar Dewantara ?
b.    Apa aliran filsafat Ki Hajar Dewantara ?
c.    Bagaimana pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan ?
d.    Bagaimana pengaruh pemikiran dalam pendidikan ?
e.    Apa saja karya-karya Ki Hajar Dewantara ?

Tujuan
1.            Agar pembaca dapat mengetahui sejarah kehidupan dari Ki Hajar dewantara
2.            Untuk memotivasi pembaca dalam membangun rasa kebangsaan dengan meneladani kehidupan Ki Hajar Dewantara




BAB II
PEMBAHASAN
A.                RIWAYAT HIDUP
Nama kecil ki hajar dewantara adalah raden mas suardi suryaningrat. Ia lahir dijogjakarta pada tanggal 2 mei 18889. Ia adalah seorang keturunan bangsawan keraton, cucu paku alam III. Seorang raja dijogjakarta. Meskipun ia keturunan  bangsawan, suwardi suryaningrat tidak pernah menonjolkan gelar kebangsawanan nya. Ia selalu menganggap dirinya rakyat biasa. Semangat kebangsaan suardi tampak sejak beliau masik kanak-kanak. Suwardi sering berkelahi dengan anak-anak kulit putih yang congkak dan sombong serta suka merendahkan atau menghina anak-anak bangsa indonesia. Semangat kebangsaannya ini dibawa pula ketika suwardi masuk Europeesch lagere school (ELS). Sekolah ini merupakan sekolah dasar untuk anak-anak kulit putih. Hanya anak-anak bangsa terpilih saja yang boleh masuk kesekolah ini. Setelah menyelesaikan sekolahnya dijogjakarta, suwardi bersekolah di STOVIA, yaitu sekolah untuk mendidik dokter-dokter bangsa indonesia, dibatavia(Jakarta). Di Jakarta inilah pandangan kebangsaan suwardi semakin luas. Di STOVIA ini suwardi tumbuh menjadi remajadan bergaul dengan pemuda-pemuda Indonesia yang berbeda bahasa, adat istiadat, dan agama. Disinilah suwardi mulai merasakan suasan Bhinneka tunggal ika. 
Suwardi tidak sampai menamatkan pelajarannya di STOVIA. Kemudian ia bekerja pada pabrik gula bojong, purbalingga. Tidak lama kemudian ia pindah dan bekerja diapotek Rathkamp di Jogjakarta. Sepertinya pekerjaan jurnalistik lebih menarik dan lebih cocok dengan jiwanya. Karnanya, ia memilih jurnalis dan membantu beberapa surat kabar, seperti Sedyotomo (berbahasa jawa), Midden java (berbahasa belanda), De Express (berbahasa belanda), dan utusan india yang dipimpin H.O.S.Cokroaminoto. Atas permintaan Douwes Dekker, suwardi pindah kebandung, Dibandung ia memimpin surat kabar De Express. Pada waktu itu Douwes Dekker sedang mempersiapkan berdirinya sebuah partai dengan dasar kebangsaan. 
Tanggal 25 desember 1912 indische partij didirikan oleh tiga serangkai yang terdiri dari Douwes dekker, yang kemudian dikenal sebagai dr. Danudirja setiabudi, Dr. Cipto mangunkusumo, dan raden mas suwardi suryaningrat. pada tahun 1913 pemerintah hindia belanda akan merayakan genap 100 tahun bebasnya negeri belanda dari penjajahan napoleon-prancis, suwardi mengangkat penanya. Ia menulis karangan "Seandainya aku seorang belanda". 
Dalam karangan tersebut suwardi berkata "Tidak selayaknya bangsa indonesia turut serta merayakan kemerdekaan bangsa lain, yang justru mereka adalah bangsa yang menindas kita". Tulisan suwardi ini merupakan tamparan yang hebat bagi belanda. Akan tetapi suwardi selalu berjiwa ksatria. Tulisannya itu tidaklah kasar, tidak pula memaki-maki. Kata-katanya sungguh tepat, jitu, indah, dan bercampur dengan ejekan yang pedas. dalam tulisannya itu, berisi pula pandangan-pandangan yang dapat direnungkan baik oleh pihak belanda maupun bangsa kita sendiri. 
Douwes Dekker, Cipto mangunkusumo. dan Suwardi suryaningrat benar-benar dianggap sebagai orang-orang yang membahayakan kedudukan pemerintah belanda. Akhirnya ketiga orang itu diusir dari indonesia kenegeri belanda. Sungguh pun mendapat hukuman buangan, semangat kemerdekaan suwardi tidak pernah patah. 
Kegiatan politik suwardi diteruskan dinegeri belanda. Suwardi tetep berjuang untuk mencapai indonesia merdeka. Beliau aktif dalam Indische Vereeniging yang kemudian diubah namanya menjadi perhimpunan indonesia (PI). Selama dibelanda suwardi juga tidak lupa mempelajari dan mendalami masalah pendidikan dan pengajaran. 
            Tahun 1917 pemerintah belanda mencabut putusan pengasingan terhadap tokoh-tokoh Indische partij. Karna terjadi perang dunia I. Suwardi baru dapat pulang keIndonesia pada tahun 1919. Setelah lama berkecimpung dalam gelanggang politik, pada tahun 1921 suwardi mulia terjun kedunia pendidikan nasional bangsanya.
Mula-mula suwardi membantu disekolah Adidharma milik kakaknya, Suryopranoto. Suwardi berusaha mencapai kemerdekaan bangsanya melalui pendidikan nasional. Dibidang pendidikan dan kebudayaan, ternyata suwardi lebih berbakat dan berhasil. Bahkan nama suwardi suryaningrat alias Ki hajar dewantara lebih mashur dan harum sebagai tokoh pendidikan nasional Indonesia.
B.                  ALIRAN FILSAFAT
Ki Hajar Dewantara termasuk aliran filsafatpendidikan yang menganut definisi pendidikan, apabila dilihat dari sudut aliran filsafat pendidikan evolusionistis yang lebih menekankan tangga-tangga psikologis perkembangan manusia. Suatu konsep pendidikan yang lebih mengarahkan orientasinya pada aspek-aspek kehidupan modern yang kompleks dan rumit kaitannya, yang lebih individualisis sehinga menuntut kemampuan individual masing-masing pribadi dalam mengadakan penyesuaian kehidupan psikologsnya.
Konsep tentang anthropologi filsafat kalau tidak dirumuskan dalam definisi pendidikan dapat dicari pada rumusan tentang tujuan pendidikannya. Sebagai contoh dalam sejarah pemikiran filsafat pendidikan Indonesia, kita dikenalkan dengan salah satu rumusan tujuan pendidikan sebagai berikut: “Membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab atas kesejahteraan Negara dan tanah air.” Dalam rumusan ini hakekat manusia sebagai suatu aspek yang bernilai martabat yang sama, sehinga yang satu tidak boleh mencaplok atau menghisap yang lain, artinya manusia dihisap warga negara sehingga mengarah ke terhisapnya kepentingan individu demi kepentingan dan kejayaan Negara, dan sebaliknya hilangnya aspek warganegara dan mengarah ke individualisme yang otomistis.
Suatu ilustrasi tujuaan pendidikan yang mengarah ke penghisapan individualitas manusia ke dalam konsep warganegara adalah definisi pendidikan di bawah ini:
“Pendidikan adalah kegiatan atau proses dengan mana individual dibina agar loyal setia tanpa sarat dan penyesuaian membuka pada kelompok atau lembaga soial.” Definisi pendidikan ini disamping berlaku pada Negara totaliter yang dengan monisme kebudayaan, juga berlaku pada masyarakat yang ketat berpegang teguh mempertahankan tradisi kebudayaannya, yaitu pada masyarakat yang tradisioal konservatif. Dalam batas-batas tertentu, para sosiolog lebih dekat pemikiran pendidikan dengan definisi konsep pendidikan di atas. Sedang para psikolog lebih dekat dekat dengan definuisi oendidikan di bawah ini:“Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan di dalam mana individu dibantu mengembangkan daya-daya kemampuannya, bakatnya, kecakapannya dan minatnya.”
Perbedaan antara kedua definisi pendidikan di atas, antara pendekatan sosiologis dan pendwekatan psikologis adalah bahwa pendekatan social meninjau proses pendidikan dalam kaitannya dengan kehidupan dengan lembaga social di luar individu, sedang pendekatan psikologis meninjau proses pendidikan dari sudut proses internal dalam diri manusia, sehinga lebih mengarah ke peninjauan tentang konsep hakekat psikologis, bukan filosofis, daripada anak didik.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar